Liputan6.com, Jakarta: Festival Budaya yang digelar di
kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, Ahad (26/2), memiliki arti yang cukup
mendalam. Hardy Stefanus, Ketua Gema INTI yang merupakan penggagas
acara tersebut, menjelaskan, kegiatan yang bertemakan "Pelangi
Nusantara" ini, merupakan sebuah kritikan terhadap negara dan
pemerintahan yang dinilai sudah tidak lagi mengedepankan pluralisme
sebagai ke perjalanan kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
"Berawal kegelisahan melihat kondisi negara yang mulai tidak plural ini, jadi kita ingin menampilkan festifal budaya yang sangat plural seperti ini," kata Herdy pada Liputan6.com.
Karena itu, festival diselenggarakan dengan tujuan agar masyarakat memahami bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural yang hidup dengan keanekaragaman budaya dan agama.
"Kita tampilkan budaya-budaya yang sangat plural. Mulai dari tari-tarian Bali, Sumatra, Sulawesi, tarian etnis Tionghoa, dan budaya lain," jelasnya.
Dalam acara ini, Gema INTI bekerjasama dengan kumpulan Komunitas Sahabat Kota Tua (SAKATA). Festival diisi dengan berbagai kegiatan, seperti pentas seni budaya, aneka jajanan dan kuliner. Kemudian ada lomba mewarnai untuk anak-anak, pertunjukan Art Performance dan talkshow mengenai Kota Tua.(IAN).
"Berawal kegelisahan melihat kondisi negara yang mulai tidak plural ini, jadi kita ingin menampilkan festifal budaya yang sangat plural seperti ini," kata Herdy pada Liputan6.com.
Karena itu, festival diselenggarakan dengan tujuan agar masyarakat memahami bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural yang hidup dengan keanekaragaman budaya dan agama.
"Kita tampilkan budaya-budaya yang sangat plural. Mulai dari tari-tarian Bali, Sumatra, Sulawesi, tarian etnis Tionghoa, dan budaya lain," jelasnya.
Dalam acara ini, Gema INTI bekerjasama dengan kumpulan Komunitas Sahabat Kota Tua (SAKATA). Festival diisi dengan berbagai kegiatan, seperti pentas seni budaya, aneka jajanan dan kuliner. Kemudian ada lomba mewarnai untuk anak-anak, pertunjukan Art Performance dan talkshow mengenai Kota Tua.(IAN).
0 komentar:
Posting Komentar